Logo Sulselsatu

Kecanduan Game Dinyatakan Penyakit, Ini Tanggapan Gamer Pokemon Go

Asrul
Asrul

Senin, 24 Juni 2019 09:53

(Foto/INT)
(Foto/INT)

SULSELSATU.com – Kecanduan game bukan sekadar masalah enteng, tapi sudah resmi dinyatakan sebagai penyakit mutakhir oleh Badan Kesehatan Dunia (WHO) tahun lalu.

Apa pendapat gamer mengenai pernyataan ini?

Brandon Tan, pemain Pokemon Go yang punya nilai XP (Experience Points) tertinggi di dunia, mengutarakan pendapatnya.

Pria asal Singapura itu mengakui game memang bisa menjadi candu bila seseorang tidak tahu bagaimana bermain dengan baik dan mengatur waktu yang tepat.

Kecanduan game bisa terjadi bila game dianggap sama rata dengan kebutuhan primer, seperti air dan makanan yang harus dikonsumsi untuk bertahan hidup.

“Game adalah hiburan,” kata Brandon di Tangerang, Sabtu (22/6/2019), dilansir Antara. Ia juga menegaskan posisi game sebagai kebutuhan tersier.

Ketika game menjadi prioritas nomor satu, jauh di atas aktivitas seperti makan, gangguan mental akan terjadi.

“Ada orang yang main berjam-jam sampai tidak mau makan dan mempengaruhi kesehatan, itu bisa membuat mental terganggu,” ujar Brandon.

Dia mengakui pernah melewati masa-masa ketika game menjadi candu yang membuatnya tersiksa bila harus melakukan kegiatan sehari-hari tanpa bermain.

“Saya pernah begitu waktu bermain game di komputer, ketika keluar rumah dan tidak bisa main saya merasa hampa dan buru-buru pulang,” tutur dia. “Saat sedang makan malam, saya tidak mau bicara dengan orang-orang, saya mau langsung main lagi.”

Pencinta game sejak belia itu lama kelamaan menyadari apa yang ia lakukan tidak baik untuk dirinya sendiri.

Setelah mencoba bermain beragam game, ia menyadari bahwa ada hal-hal yang lebih penting dari game dan tidak boleh dikorbankan demi mengutamakan hiburan semata.

“Kita harus mengatur prioritas agar tidak kecanduan pada game, kita harus paham bahwa kita masih punya kebutuhan primer,” ujar dia.

Game Pokemon Go yang membuatnya menjadi selebritas di dunia game punya karakteristik yang berbeda dengan game lain yang membuat dia merasa ketagihan.

Game itu mengharuskan pemain untuk “menangkap” makhluk-makhluk virtual, yang paling terkenal adalah Pikachu, dengan mengunjungi lokasi-lokasi di dunia nyata tempat games menempatkan mereka.

Game Pokemon Go lebih terasa seperti aplikasi gaya hidup yang membuatnya mau tidak mau harus bersosialisasi, bukan mengurung diri di kamar berkutat menatap layar selama berjam-jam.

Melalui game tersebut, dia berkawan dengan banyak orang dan bepergian ke berbagai kota serta negara untuk menghadiri acara-acara seperti Festival Pokemon seperti yang baru digelar di Chicago, Amerika Serikat.

Hal senada dituturkan oleh Vivi Aryani, ketua komunitas Pokemon Go Indonesia dan Club 40 Indonesia yang menaungi pemain-pemain level tertinggi di game tersebut.

Pokemon Go membuat kita harus jalan-jalan, bertemu orang, main tidak bisa sendirian.”

Permainan ini yang jadi sensasi global saat diluncurkan pada 2016 membuat jaringan sosialnya bertambah. Manfaat mengenal banyak orang dirasakan bukan hanya dari segi game, tapi kehidupan sehari-hari, apalagi ia bekerja di divisi Sumber Daya Manusia.

“Jadi kalau saya butuh orang bisa tahu, si ini ahli bidang apa, si itu ahli apa. Jadi ini bukan cuma game,” ujar Vivi yang bersama komunitasnya menyelenggarakan turnamen player versus player Pokemon Go yang diklaim memiliki jumlah peserta terbanyak dunia.

Gamer Maresa Sumardi dari komunitas yang sama mengungkapkan kecanduan game bisa dia atasi setelah melewati masa-masa ekstrem. Dari banyak permainan yang ia coba, Maresa memutuskan mana permainan membawa dampak positif baginya, bukan membuatnya terisolasi dari dunia luar.

“Ada orang yang sudah tua ramai-ramai jalan kaki, kumpul pagi-pagi, ngerumpi sambil main, itu enggak ada di game lain,” ujar Maresa.

Aktivitas fisik yang jadi fokus utama dari game di mana pemain harus berjalan-jalan untuk menangkap monster virtual itu jadi daya tarik untuk YouTuber Ado Dido yang fokus mengulas Pokemon Go.

Ado yang hanya membuat video seputar Pokemon Go pada akhir pekan saat libur bekerja itu bisa bersosialisasi selama bermain. Game tersebut bisa dimainkan sambil duduk bersantai dan bercengkrama bersama teman-teman.

“Aku sih tipe ‘pemalas’, main cuma pas mau saja,” ujar Ado yang tidak pernah merasa kecanduan game.

Cek berita dan artikel yang lain di Google News

Yuk berbagi informasi tentang Sulawesi Selatan dengan join di group whatsapp : Citizen Journalism Sulsel

 Youtube Sulselsatu

 Komentar

 Terbaru

Hukum13 Januari 2025 22:05
DPRD dan Pemda Enrekang Kunjungi Kanwil Kemenkum Sulsel untuk Bahas Ranperda
SULSELSATU.com, MAKASSAR – Jajaran Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) dan Pemerintah Daerah (Pemda) Kabupaten Enrekang melakukan kunjungan resmi ...
News13 Januari 2025 22:01
Munafri Arifuddin Kenang Ayahnya: Beliau Wariskan Kejujuran, Bukan Harta
SULSELSATU.com, MAKASSAR – Suasana haru menyelimuti pemakaman H. Arifuddin Katta, ayah dari Wali Kota Makassar terpilih, Munafri Arifuddin (Appi), y...
Metropolitan13 Januari 2025 21:49
Pj Gubernur dan Kapolda Rakor Bersama Mentan, Sulsel Ditarget Tanam Jagung 10 Ribu Hektare
SULSELSATU.com, MAKASSAR – Penjabat Gubernur Sulsel Prof Fadjry Djufry mengikuti Rapat Koordinasi yang dipimpin langsung oleh Menteri Pertanian ...
Ekonomi13 Januari 2025 21:22
Perkuat Komitmen Anti Korupsi, BRI Gelar Sosialisasi Bersama KPK
SULSELSATU.com, JAKARTA – PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk atau BRI kembali menunjukkan komitmennya dalam mendukung pemberantasan korupsi di I...