SULSELSATU.com, MAKASSAR – Angka prevalensi stunting di Kota Makassar menunjukkan peningkatan yang signifikan dalam setahun terakhir. Berdasarkan hasil Survei Kesehatan Indonesia (SKI) 2023, prevalensi stunting di Kota Makassar meningkat dari 18,04% menjadi 25,6%.
Pemerintah Kota Makassar menyadari bahwa kenaikan ini merupakan tantangan besar yang perlu segera diatasi. Pemkot menargetkan penurunan angka stunting hingga mencapai 14%, sesuai dengan target nasional untuk memperbaiki status gizi anak di Indonesia.
“Angka prevalensi stunting Kota Makassar mengalami kenaikan dari 18,04% menjadi 25,6% atau meningkat 7,2%. Hal ini tentunya menjadi tantangan dan tugas berat bagi kita semua untuk menurunkannya menjadi 14%,” ujar Pj Sekretaris Daerah Kota Makassar, Firman Hamid Pagarra, saat membuka rapat koordinasi pemantauan dan evaluasi percepatan penurunan stunting di Balai Kota Makassar, Kamis, (12/9/2024).
Baca Juga : Pemkot Makassar Komitmen Tekan Angka Penurunan Stunting
Sebagai upaya konkret, survei Studi Status Gizi Indonesia (SSGI) 2024 akan dimulai pada bulan September mendatang. Survei ini akan menjadi salah satu indikator utama untuk menilai kondisi gizi masyarakat, terutama dalam hal stunting di Kota Makassar.
“Pelaksanaan SSGI 2024 akan segera dimulai, dan stunting menjadi salah satu indikator utama yang diukur. Karenanya, diperlukan aksi nyata yang lebih konvergen, holistik, integratif, dan berkualitas, khususnya di tingkat keluarga,” lanjut Firman.
Selain itu, pemerintah juga akan memfokuskan intervensi pada keluarga dengan anak dalam 1000 Hari Pertama Kehidupan (seribu HPK). Langkah ini dinilai penting karena masa tersebut merupakan periode krusial dalam mencegah stunting, dan intervensi di kelurahan-kelurahan prioritas akan diperkuat.
Baca Juga : Danny Pomanto Target Tahun 2024 Makassar Zero Stunting
“Seluruh intervensi harus difokuskan pada penguatan kelurahan prioritas dan keluarga 1000 Hari Pertama Kehidupan,” tegasnya.
Survei SSGI 2024 ini akan mencakup 71 kelurahan di 15 kecamatan di Kota Makassar. Wilayah-wilayah tersebut akan menjadi representasi untuk menilai prevalensi stunting secara keseluruhan.
“Kolaborasi yang baik sangat diperlukan untuk mendukung pelaksanaan survei ini, agar penilaian prevalensi stunting di Kota Makassar bisa akurat dan dapat menjadi dasar perencanaan kebijakan,” pungkas Firman. (*)
Cek berita dan artikel yang lain di Google News
Komentar