SULSELSATU.com – Merayakan suatu hari raya tidak akan lepas dari makanan khas, maka itu umat Hindu juga turut menghidangkan kuliner tradisional untuk di pura sehingga bisa disantap bersama kerabat dekat dan keluarga saat Nyepi. Salah satu makanan andalan saat hari raya Nyepi adalah lawar, yang biasanya memang dihidangkan setiap perayaan umat Hindu.
Uniknya, terdapat filosofi mendalam dibalik makanan berupa sayur dan daging cincang ini. Lawar biasanya menggunakan campuran daging babi, ayam, atau penyu. Selain itu, ada bumbu khas bali yakni base genep dan darah babi yang turut menjadi ciri khas dalam paduan makanan tradisional tersebut.
Mengutip Visit Bali, lawar menjadi pilihan utama makanan yang dihidangkan untuk perayaan besar umat Hindu, tak hanya Nyepi melainkan juga saat acara ritual keluarga, maupun ritual non keluarga. Masyarakat di Pulau Dewata bahkan memasukkan lawar sebagai salah satu makanan sehat mereka.
Baca Juga : BRI Borong 7 Penghargaan di Ajang Top 100 CEO & The 200 Leader Future Forum 2024
Lawar dibedakan dalam dua jenis, seperti lawar merah dan lawar putih. Adapun lawar dengan nama-nama sesuai dengan bahan pokoknya; mulai dari lawar nangka, lawar buah kacang, dan sebagainya.
Lawar juga merupakan filosofi bagi seorang pemimpin yang memiliki tugas dalam mengoptimalkan potensi-potensi rakyatnya dengan sifat berbeda-beda. Sehingga ia harus bisa menciptakan sebuah keharmonisan antar sesama.
Lebih lanjut, bila diperhatikan makanan khas ini terdiri dari beragam bahan dan bumbu yang membuat makanan menjadi simbol dari keseimbangan serta keharmonisan. Hal ini ditunjukkan dari paduan seperti parutan kelapa yang berwarna putih (simbol Dewa Iswara di timur), darah warna merah (simbol Dewa Brahma di selatan), bumbu-bumbu warna kuning (simbol Dewa Mahadewa di barat), dan terasi berwarna hitam (simbol Dewa Wisnu di utara). Keempat arah mata angin tersebut melambangkan keseimbangan.
Baca Juga : Tata Kelola Unggul, BRI Raih 2 Penghargaan di Ajang Bergengsi The 15th IICD Corporate Governance Award
Selanjutnya, sifat-sifat bahannya yang berupa rasa manis (kelapa), asin (garam), pahit (buah limo), pedas (bumbu), amis (darah), asam (asam), dan bau busuk (terasi) juga menggambarkan keseimbangan rasa.
Seperti yang sudah disebutkan, lawar menggunakan bumbu khas Bali yang disebut base genep. Chef Henry Alexie Bloem, chef asal Bali, mengatakan kepada kumparanFOOD, Kamis (3/3/2022) base genep merupakan bumbu yang kental akan kebudayaan masyarakat Hindu di Bali.
“Filosofi (base Genep) dari budaya dan adat istiadat orang Hindu tertulis di kitab lontar. Karena itu bumbu Bali paling beda sendiri dari bumbu kebanyakan di Indonesia, lebih kompleks,” terangnya.
Baca Juga : Peran Aktif BRI Dukung Ketahanan Pangan, Salurkan Kredit Senilai Rp199,83 Triliun di Sektor Pertanian
Bumbu base genep bahkan diwariskan secara turun-temurun sehingga disebut sebagai bumbu masak tertua yang telah digunakan sejak 2.000 tahun lalu. Itulah mengapa pula, lawar menjadi kuliner Bali yang tak hanya khas tetapi juga diagungkan sehingga menjadi sajian wajib saat perayaan hari besar, termasuk Nyepi dan Galungan.
Cek berita dan artikel yang lain di Google News
Komentar