SULSELSATU.com, MAKASSAR – Universitas Hasanuddin (Unhas) menunjukkan komitmen kuat terhadap inklusivitas dalam pelaksanaan Ujian Tulis Berbasis Komputer Seleksi Nasional Berdasarkan Tes (UTBK-SNBT) 2025.
Dari total 21.813 peserta yang memilih Unhas sebagai lokasi ujian, tercatat 16 peserta disabilitas yang mendapatkan layanan khusus selama pelaksanaan ujian yang berlangsung dari 23 April hingga 3 Mei 2025.
Kepala Pusat Disabilitas (PUSDIS) Unhas, Ishak Salim, menyatakan bahwa tahun ini merupakan kali pertama Unhas secara resmi menyiapkan fasilitas aksesibel penuh untuk peserta disabilitas.
Baca Juga : Rektor Unhas Tegaskan Tidak Ada Jalur Masuk Ilegal, UTBK 2025 Berlangsung Transparan
Fasilitas tersebut meliputi laboratorium komputer di Fakultas Hukum dengan aksesibilitas tinggi, komputer bersuara untuk peserta low vision, serta pendamping mobilitas dan penerjemah isyarat untuk peserta Tuli.
“Komitmen kami tidak hanya dalam penyediaan sarana akademik, tetapi juga dalam memastikan kesiapan mental peserta. Namun, masih ada tantangan, seperti aturan pusat yang mewajibkan peserta melepas alat bantu dengar saat ujian, yang jelas belum sepenuhnya memperhitungkan hak disabilitas,” kata Ishak, Senin (28/4/2025).
Dalam pelaksanaannya, sebanyak 10 peserta Tuli, satu peserta low vision, dan lima peserta disabilitas fisik mengikuti ujian dengan jadwal tersebar selama 10 hari.
Baca Juga : Prof Jamaluddin Jompa Serahkan SK Non PNS Tetap ke 146 Dosen Baru Unhas
Selain menyiapkan fasilitas, PUSDIS Unhas juga mengadakan pelatihan intensif, termasuk penggunaan perangkat lunak pembaca layar NVDA untuk peserta low vision, serta pembimbingan khusus yang melibatkan mahasiswa disabilitas dari Unhas.
Meski persiapan dilakukan maksimal, kendala tetap muncul, terutama dalam pendataan awal. Beberapa peserta tidak mencantumkan status disabilitas saat pendaftaran, menyebabkan ketidakterdeteksian kebutuhan khusus mereka. Namun, relawan dari PUSDIS tetap sigap memberikan pendampingan selama pelaksanaan ujian.
Selain jalur UTBK-SNBT, Unhas tahun ini kembali membuka Jalur Afirmasi Disabilitas, menyediakan kuota untuk 10 mahasiswa disabilitas, sebagai bagian dari komitmen untuk memperluas akses pendidikan tinggi bagi kelompok rentan.
“Kami tidak hanya ingin memenuhi kuota afirmasi, tetapi juga memastikan mahasiswa disabilitas dapat berkembang dan berdaya di lingkungan kampus,” tegas Ishak.
Cek berita dan artikel yang lain di Google News
Komentar