Logo Sulselsatu

A Hamzah Tuppu, Pejuang Perintis Angkatan Laut yang Warnai Museum Naval Lantamal VI

Asrul
Asrul

Sabtu, 12 Oktober 2019 13:00

Tugu Kolonel Laut (Purn) A Hamzah Tuppu di galesong, Kabupaten Takalar. (Foto/Ist)
Tugu Kolonel Laut (Purn) A Hamzah Tuppu di galesong, Kabupaten Takalar. (Foto/Ist)

SULSELSATU.com, MAKASSAR – Naval Museum Lantamal VI yang dioperasikan Lantamal VI menampilkan berbagai peristiwa sejarah, mulai dari sejarah Angkatan Laut, pembentukan Lantamal VI, pertempuran laut, hingga profil para pejuang.

Salah satu pejuang yang ditampilkan dalam museum tersebut adalah Kolonel Laut (Purn) A Hamzah Tuppu. Putra asal Galesong ini tak lain adalah salah seorang perintis berdirinya Angkatan Laut Republik Indonesia.

Anak kedua dari empat bersaudara ini lahir dari pasangan Sayyid Dg Ngempo dan I Tallasa Dg Rannu. Dia dilahirkan pada 20 Agustus 1920 di Borongcalla, Desa Bontosunggu, Galesong (sekarang masuk wilayah administratif Kecamatan Galesong Selatan), Kabupaten Takalar, Provinsi Sulawesi Selatan.

Menurut pengakuan anak tertuanya, Haerumi Hamzah Tuppu, A Hamzah Tuppu adalah bagian dari keluarga pemangku adat Karaeng Galesong XVII (terakhir) yang juga adalah keturunan generasi ketujuh dari Syekh Yusuf Tajul Khalwatia Kaddasallahu Sirruhu.

Di masa kecilnya, A Hamzah Tuppi tinggal dan dibina oleh Karaeng Galesong XVI, H Larigau Dg Manginruru. Saat itu, dia sering dipanggil dengan nama Cakkua, sesui nama salah satu badik milik Syekh Yusuf.

“Badik Cakkua itu masih saya simpan sampai sekarang,” kata Haerumy Hamzah Tuppu, dalam kunjungannya ke Lantamal VI beberapa waktu lalu.

Buku Sejarah TNI Angkatan Laut (Periode Perang Kemerdekaan 1945 – 1950) terbitan Dinas Sejarah TNI AL tahun 2003 mencatat bagaimana peran A Hamzah Tuppu bersama sejumlah pemuda Daisangka yaitu pemuda yang pernah mendapat latihan kemiliteran dari Kaigun-Pemerintahan Militer (Angkatan Laut) Jepang. Mereka melakukan pergerakan sejak Juni 1945 di Surabaya, Jawa Timur untuk membentuk semacam pasukan keamanan bersifat kelautan.

Orang-orang Indonesia yang pernah bekerja di Angkatan Laut Jepang maupun sebagai pegawai pelayaran, direkrut masuk menjadi anggota pasukan pengawal keamanan tersebut di Surabaya. Setelah Proklamasi Kemerdekaan RI, ternyata model pembetukan pasukan yang dilakukan A Hamzah Tuppu dan kawan-kawan di Surabaya, menginspirasi dibentuknya pasukan penjaga keamanan dengan nama Badan Keamanan Rakyat (BKR), sebagaimana diperintahkan langsung oleh Presiden Soekarno dalam pidato radionya pada 23 Agustus 1945.

Pembentukan BKR Laut, selain BKR Darat, dilakukan pada tanggal 10 September 1945 di Jakarta. Kegiatan itu pun lalu diikuti dengan pembentukan BKR Laut di Surabaya yang dipelopori oleh A Hamzah Tuppu da kawan-kawan.

Awalnya, BKR bagian darat dan laut, yang kemudian dibentuk di sejumlah daerah di Indonesia merupakan kekuatan sipil tak bersenjata. Namun anggota BKR mempersenjatai diri setelah terlibat pertempuran langsung menghalau kedatangan tentara Sekutu yang mulai mendarat di Indonesia pada 8 September 1945.

Setelah melihat pentingnya kehadiran pasukan keamanan seperti BKR, Pemerintah Indonesia dengan Maklumat No.2/x tanggal 5 Oktober 1945 menyatakan secara resmi membentuk kekuatan bersenjata yang diberi nama Tentara Keamanan Nasional (TKR) bagian darat dan laut. Dari BKR/TKR inilah kemudian berkembang menjadi kekuatan Tentara Nasional Indonesia (TNI) Darat, Laut, dan Udara.

Sebagaimana anak-anak dari keturunan bangsawan pada masa sebelum kemerdekaan, A Hamzah Tuppu mendapat kesempatan belajar di Kota Makassar. Bahkan pada tahun 1938, ia pernah bekerja sebagai Mantri di Kantor Pertanahan (Landrente) dalam masa pendudukan Belanda di Kota Makassar.

Tahun I941, A Hamzah Tuppu bersama rekan-rekannya seperti Wahab Tarru, Andi Kanna, Karaeng Takalar Martua Bangsawang Dg Liwang mulai terlibat dalam pergerakan politik menentang pemerintahan kolonialis. Dia bahkan sampai ditangkap Belanda, dipenjarakan di Sengkang (Sekarang ibukota Kabupaten Wajo), kemudian dipindahkan ke penjara Kamp Garut (Jawa Barat), dan baru dibebaskan tahun 1942.

Keluar dari penjara, dengan dukungan dari Adam Malik (mantan Wakil Presiden RI/alm), Chaerul Saleh dan Sukarni, Hamzah Tuppu kembali menggalang kekuatan pemuda-pemuda asal Sulawesi untuk terlibat dalam pergerakan membebaskan Indonesia dari penjajahan Belanda. Dia aktif dalam Djawa Hokokay dan PETA jurusan Angkatan Laut.

Dengan pangkat sebagai Kolonel Pelaut (1945-1947), dia aktif dalam pembentukan Angkatan Laut Republik Indonesia (ALRI) pertama di Surabaya. Dia juga memimpin KRU Barigade D-81 tahun 1947.

Dalam kehidupan pribadinya, A Hamzah Tuppu sendiri dikaruniai 4 orang anak hasil pernikahannya dengan seorang wanita bernama Erma Doomik tahun 1945 di Jogya. Mantan Pemimpin Redaksi Majalah ‘Maega’ tahun 50-an di Surabaya ini meninggal dunia 30 Juni 1986 dan dimakamkan di TMP Kalibata Jakarta.

“Dia itu seorang pemberani. Pandai dan cerdas mengatur organisasi dan menyusun strategi. Karena itu dia mendapat kepercayaan mengatur dan menempatkan orang-orang yang akan menjadi komandan di sejumlah pertahanan laut pada masa revolusi di Jawa Timur. Dia sangat dikenal, mampu menggalang kekuatan orang-orang Sulsel dengan orang-orang di Pulau Jawa untuk membangun suatu kekuatan pertahanan laut, terutama saat tentara Sekutu yang diboncengi NICA masuk ke Indonesia ketika Jepang dinyatakan kalah,” demikian petikan ucapan mantan Pangdam I Kodam Sulselra, Mayjen TNI Purn. Andi Mattalatta (Alm) ketika berkomentar saat akan diresmikannya Monumen Perjuangan A Hamzah Tuppu tahun 2002 lalu di Kecamatan Galesong Selatan, Kabupaten Takalar.

Semasa hidupnya, Pemerintah RI pernah memberikan tanda jasa dan penghargaan kepada A Hamzah Tuppu berupa Satya Lencana Gerakan Operasi Militer I (dari Menteri Pertahanan Ri, Djuanda, 29 Januari 1958), Bintang Gerilya (dari Presiden RI Soekarno, 10 Nopember 1959), Satya Lencana Sapta Marga (dari Menteri Pertahanan RI, Djuanda, 29 Jaunari 1959), Satya Lencana Peristiwa Perang Kemerdekaan I dan II (dari Menteri pertahanan, Djuanda, 5 Oktober 1959), Piagam Veteran Golongan A (1964), dan secara khusus diberi Piagam Penghargaan sebagai tokoh berjasa dari Pemerintah Kabupaten Takalar, 10 Pebruari 2000.

Di saat sejumlah daerah di Sulsel saat ini sedang melirik kembali perjuangan para pejuang yang berjasa di daerahnya terutama pada masa prakemerdekaan, banyak pihak justru berharap Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan dapat mengusulkan A Hamzah Tuppu kepada Pemerintah Pusat sebagai ‘Pahlawan Bahari Nasional’ dari Sulawesi Selatan. Apalagi A Hamzah Tuppu memang berasal dari Galesong, Takalar, tempat asal para prajurit dan pelaut tangguh yang banyak berperan memperkuat armada laut pada masa-masa keemasan Kerajaan Gowa sebagai ‘Kerajaan Maritim’ tersohor di Indonesia (abad XV-XVII), setelah Kerajaan Sriwijaya (abad VII) di Sumatera, dan Kerajaan Majapahit (abad XIV) di Jawa.

Penulis: Asrhawi Muin
Editor: Kink Kusuma Rein

Cek berita dan artikel yang lain di Google News

Yuk berbagi informasi tentang Sulawesi Selatan dengan join di group whatsapp : Citizen Journalism Sulsel

 Youtube Sulselsatu

 Komentar

 Terbaru

Opini09 Februari 2025 23:19
Sinergi Media dan Pemerintah: Harapan di Hari Jadi Takalar ke-65
SULSELSATU.com, TAKALAR – Sejak dilantik sebagai Penjabat (Pj) Bupati Takalar pada Desember 2024, Dr. H. Muhammad Hasbi, S.STP, M.AP, M.Ikom telah m...
Makassar09 Februari 2025 22:01
PLN Kenalkan Aplikasi PLN Mobile, Diskon Listrik di Jappa Jokka Cap Go Meh 2025
SULSELSATU.com MAKASSAR – Pengunjung Jappa Jokka Cap Go Meh 2025 mendapatkan edukasi langsung mengenai layanan PLN Mobile dan program diskon lis...
News09 Februari 2025 15:48
Koperasi Sipakatuo Jadi Wadah Petani Latimojong Mendukung Program Makan Siang Bergizi
Kehadiran koperasi ini diharapkan dapat memperkuat ekosistem ketahanan pangan lokal sekaligus menjadi bagian dari solusi dalam pemerataan distribusi h...
Makassar09 Februari 2025 15:25
Jalan Jampea Resmi Berganti Nama Jadi Jalan Hoo Eng Djie, Danny Pomanto: Sejarah yang Bernilai
SULSELSATU.com MAKASSAR – Jalan Jampea yang berlokasi di Kecamatan Wajo resmi berubah nama menjadi Jalan Hoo Eng Djie. Perubahan nama jalan ters...