JAKARTA – Media di Korea Selatan ramai-ramai memberitakan soal ketidaknyamanan Shin Tae Yong melatih Timnas Indonesia.
Sejumlah media Korsel seperti Naver Sports dan News Joins memuat sejumlah keluh-kesah Tae Yong terkait karier melatih dan situasi di PSSI.
Plt Sekjen PSSI, Yunus Nusi mengatakan sampai saat ini masih berkomunikasi baik dengan pelatih asal Korea Selatan itu. Bahkan, Wakil Sekjen PSSI, Maaike Ira Puspita baru saja komunikasi dalam rangka pematangan rencana untuk pemusatam latihan Timnas Indonesia Juli mendatang.
Baca Juga : Timnas Indonesia Siap Tempur, Erick Thohir Bahas Strategi dengan Tim Pelatih
“Kemudian untuk berita-berita dari media selama itu bukan dari STY atau agensinya langsung, kami tidak akan tanggapi. Karena sejauh ini komunikasi ke kami belum ada pernyataan itu.”
“Kami juga sudah tanyakan, sudah konfirmasi ke Shin Tae Yong apakah benar statement itu, siapa tahu kan [tidak benar]. Kami tidak tahu media Korea seperti apa. Jadi kita tunggu dari Shin Tae Yong langsung. Kami tidak akan bicara selama belum ada omongan langsung dari Shin Tae Yong,” ucap Yunus Nusi kepada wartawan di Kantor PSSI, Kamis (18/6).
Lebih lanjut, Yunus mengatakan akan menyerahkan kepada Tim Satuan Tugas (Satgas) Timnas Indonesia yang baru terbentuk untuk menanyakan
Baca Juga : PSSI Libatkan Pelatih Lokal dalam Kepemimpinan Patrick Kluivert
Ketua Tim Satgas Timnas Indonesia, Syarif Bastaman menambahkan pada prinsip dalam kontrak PSSI berstatus sebagai pemberi kerja. Sebagai profesional, Shin Tae Yong harus mengikuti arahan dari pemberi kerja dengan memberikan pelayanan berupa kecakapan teknis dalam melatih.
“Kalau waktu, metode, tempat [pelatnas] itu ranah PSSI. Mengapa PSSI ngotot untuk diadakan pelatnas di Jakarta dan secepat-cepatnya bulan Juli? kita harus menjaga protokol Covid-19 dilakukan, karena kita tidak mau main-main terutama event tahun depan itu pertaruhan bangsa dan negara yang ada di PSSI.”
“Jadi ini bukan bisnis seperti biasa, yang penting memenuhi kontrak dibayar. Jadi sebenarnya pelatih siapa pun dia harus punya sense of urgency, lebih tinggi dari pemberi kerja,” jelas Syarif.
Baca Juga : 75,1 Persen Publik Puas Kinerja PSSI di Bawah Kendali Erick Thohir
PSSI, lanjut Syarif, memberikan target dan tugas kepada pelatih secara terukur bersamaan dengan pemenuhan kewajiban pembayaran nilai kontrak yang terpenuhi.
“Sedangkan pelatih kualitatif, best effort istilahnya upaya terbaik. Kalau upaya terbaik jangan negosiasi. Jadi tidak ada ruang untuk negosiasi, karena takut Covid-19 saya maunya di Korea, memang di Korea tidak ada Covid? Di seluruh dunia ada Covid. Kita juga manusia waras tidak lebih rendah patokannya dari orang Korea. Itu sikap, kalau benar, sangat disayangkan,” tegasnya.
Menurut Syarif, PSSI harus tegas dalam hal penanganan Shin Tae Yong. Sebab, jika Timnas Indonesia gagal, bukan pelatih yang disalahkan melainkan PSSI.
Baca Juga : Patrick Kluivert Janji Belajar Bahasa Indonesia Demi Komunikasi Lebih Baik
Sebelumnya, dalam wawancara Shin Tae Yong dengan media Korea Selatan mengatakan menginginkan untuk menggelar TC Timnas Indonesia di kampung halamannya. Selain itu, ia juga menyayangkan sikap PSSI yang disebut telah memecat Ratu Tisha Destria dari posisi Sekjen.
Tak hanya itu, pelatih 51 tahun juga mengungkapkan ketidaknyamanannya bekerja sama dengan PSSI saat ini.
Editor: Hendra Wijaya
Baca Juga : Patrick Kluivert Perkenalkan Diri Sebagai Juru Taktik Baru Timnas Indonesia
Cek berita dan artikel yang lain di Google News
Komentar