SULSELSATU.com, MAKASSAR – Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Muhammadiyah Makassar Erwin Akib mendesak Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan meninjau kembali kebijakan penggunaan Gopay sebagai alat pembayaran Sumbangan Pembinaan Pendidikan (SPP).
Hal itu diungkapkan Erwin, di Kampus Unismuh Makassar, Rabu (19/2/2020). Menurutnya, kebijakan Nadiem mungkin bermotif mulia, dengan memulai kultur uang digital dalam dunia pendidikan. Namun bisa berefek pada ambruknya cita-cita sang mendikbud dalam mendorong perubahan dalam dunia pendidikan.
Ada beberapa alasan, kata Erwin, yang membuat penggunaan gopay mesti ditinjau ulang.
Baca Juga : GOTO Resmi Luncurkan Aplikasi GoPay, Tawarkan Banyak Kemudahan Transaksi
“Pertama, hal ini dapat membuat mas menteri kehilangan krebilitas dalam pengambilan kebijakan-kebijakan transformatif di bidang pendidikan. Mas Nadiem akan dianggap memiliki konflik kepentingan dalam perumusan kebijakan,” ungkap Alumni Program Doktor Universitas Teknologi Malaysia ini.
Apalagi Nadiem masih merupakan ikon tak terpisahkan dari Gojek. “Bahkan dapat dianggap sebagai penyalahgunaan kekuasaan atau abuse of power,” kata Erwin.
Kedua, Erwin berpandangan jika Nadiem serius mendorong akselerasi revolusi digital di dunia pendidikan, seharusnya Pemerintah memberi contoh, dengan membuat aplikasi pendidikan yang holistik, baik dari aspek pembelajaran, maupun hal yang bersifat administratif.
Baca Juga : BI Sulsel Bersama Unismuh Kolaborasi Hadirkan Pelatihan Sertifikasi Halal Bagi UMKM
“Jika hanya pakai Gopay, Mas Nadiem tidak mencontohkan inovasi, melainkan sekadar meminjam aplikasi yang sudah ada. Apalagi, aplikasi tersebut, bukan milik negara. Bagaimana jika terjadi penyelewengan? Siapa yang bertanggungjawab,” ujar Erwin.
Oleh karena itu, Erwin berharap menteri tidak membuat kebijakan yang bersifat aksesoris semata. “Soal alat pembayaran digital, biarlah itu urusan bank. Tugas Mas Menteri, bagaimana mendorong pemerataan aksesibilitas sarana dan prasarana pendidikan di era digital,” jelas Erwin.
Erwin juga khawatir, maraknya penggunaan Gopay di kalangan siswa malah akan mendorong siswa menjadi konsumtif.
Baca Juga : Layanan Spesial Gojek untuk Pelanggan di Gelaran Prolog Fest 2022, Ada Cashback 50 Persen
“Mereka hanya dimotivasi untuk berbelanja, bukan untuk belajar. Bisa saja, banyak remaja yang akan membohongi orang tua, meminta diiskan gopay untuk bayar sekolah, eh malah dipakai untuk go food, go mart, atau go shop,” kata mantan Kaprodi Pendidikan Bahasa Inggris Unismuh Makassar ini.
Terakhir, Erwin meyakini Nadiem Makariem memiliki mimpi besar untuk dunia pendidikan. “Sejauh ini, mas menteri berhasil menghidupkan kembali berbagai diskusi seputar wacana pendidikan. Jangan biarkan Gopay, membuat harapan itu pudar kembali,” tutup Erwin.
Editor: Awang Darmawan
Cek berita dan artikel yang lain di Google News
Komentar