Logo Sulselsatu

Pertumbuhan Laba Diiringi Penguatan Pencadangan, BRI Terapkan Manajemen Risiko yang Prudent

Asrul
Asrul

Kamis, 23 Februari 2023 14:19

istimewa
istimewa

SULSELSATU.com, JAKARTAKinerja keuangan yang impresif berhasil dicatatkan oleh PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk pada tahun 2022, hal tersebut digambarkan dari pertumbuhan laba yang mencapai 67,15% secara tahunan (yoy) menjadi sebesar Rp51,4 triliun.

Seiring dengan pertumbuhan laba, BRI pun tetap memperkuat pencadangan sebagai langkah antisipasi dan mitigasi risiko menghadapi tantangan ekonomi kedepan.

Keberhasilan BRI mencatatkan kinerja gemilang tersebut tidak terlepas dari manajemen risiko yang prudent. Hal ini tercermin dari dari rasio NPL BRI secara konsolidasian yang manageable dilevel 2,67%.

Baca Juga : Didukung BRI, Liga Kompas U-14 2024/2025 Jadi Ajang Pembinaan Sepak Bola Usia Dini Terbesar di Indonesia

Disamping itu, BRI menyiapkan pencadangan yang cukup dengan NPL Coverage tercatat sebesar 305,73%, dimana angka ini meningkat dibandingkan dengan NPL Coverage di akhir tahun 2021 yang sebesar 281,16%.

Pencadangan yang memadai tersebut merupakan langkah antisipatif dan upaya mitigasi risiko menghadapi ketidakpastian perekonomian global, kenaikan inflasi dan suku bunga, serta potensi perlambatan ekonomi.

Kualitas kredit yang baik dan pencadangan yang memadai tersebut juga diiringi dengan pertumbuhan kredit yang positif dengan total kredit dan pembiayaan BRI Group tercatat mencapai Rp1.139,08 triliun pada akhir Desember 2022, dimana secara khusus portofolio kredit Mikro BRI tumbuh double digit sebesar 13,9% yoy.

Baca Juga : Dorong Perputaran Ekonomi Grassroot, BRI Salurkan Kredit di Segmen Mikro Sebesar Rp632,22 Triliun

Kemampuan BRI dalam menyalurkan kredit dan pembiayaan juga didukung dengan likuiditas yang memadai dan permodalan yang kuat. Hal ini terlihat dari rasio LDR secara konsolidasian yang terjaga di level 87,09% dengan Capital Adequacy Ratio (CAR) sebesar 25,54%.

Direktur Manajemen Risiko BRI Agus Sudiarto mengungkapkan bahwa kemampuan perseroan dalam membukukan kinerja yang cemerlang harus diimbangi dengan pengelolaan risiko bisnis yang prudent.

Oleh karena itu, menurutnya, top management perseroan selalu mengambil langkah strategis dengan menyiapkan pencadangan yang memadai.

Baca Juga : Fokus pada Fundamental Kinerja, Ini Strategi BRI Untuk Tumbuh Berkelanjutan

Pada akhir 2022, BRI menyiapkan NPL Coverage sebesar 305,73%, naik sekitar 24,57% dari posisi akhir 2021 sebesar 281,16%.

”Rasio pencadangan itu sangat memadai. Kami memiliki alasan kuat untuk menaikkan pencadangan tersebut. Ini sebagai langkah antisipatif dan upaya mitigasi risiko menghadapi tantangan ekonomi tahun ini seperti ketidakpastian perekonomian global, kenaikan inflasi, suku bunga yang naik, serta potensi perlambatan ekonomi,” ujarnya.

Terlihat dari data perseroan sejak 2019, BRI selalu meningkatkan dana pencadangan. Pada tahun tersebut BRI menyiapkan pencadangan sebesar 166,59%, tahun berikutnya pada saat pandemi pencadangan BRI naik pesat menjadi 247,98%.

Baca Juga : Dukung IPPA Fest 2025, BRI Kuatkan Peran Pemberdayaan Warga Binaan

”Dengan upaya mitigasi risiko, menjadi komitmen nyata perseroan untuk menjaga bisnis yang sehat dan berkelanjutan. Ini merupakan salah satu value dari kami untuk stakeholders sehingga trust dari seluruh stakeholders dapat selalu kami jaga dengan bukti konkret yang tercermin dari kinerja secara menyeluruh,” lanjutnya.

Terpisah, pengamat perbankan Lando Simatupang mengemukakan pendapat senada. Lando mengatakan kebijakan pencadangan adalah upaya bank memitigasi atas segala potensi eksternal.

“Dengan pembentukan cadangan yang cenderung tinggi, ini bentuk mitigasi bank atas potensi resesi global yang akan mempengaruhi domestik,” katanya.

Baca Juga : Tren Gaya Hidup Sehat Kian Digemari, BRI Berdayakan UMKM Manfaatkan Peluang di Industri Gula Aren

Lando yang pernah menjabat sebagai Kepala Riset Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (LPPI) ini menilai pada 2023 bank berpotensi kembali mempertebal pencadangan. Akan tetapi bila Indonesia dapat mengatasi gejala resesi global dengan baik, maka tentu hal itu tidak perlu dilakukan.

“Misal ekspor komoditas masih bertumbuh, maka industri perbankan bisa jadi masih bisa tumbuh dan membukukan [pertumbuhan] laba,” ujarnya.

Indonesia sendiri diproyeksikan mampu menghadapi tantangan ekonomi global. Hal ini terlihat dari optimisme berbagai pihak. Riset media ekonomi terkemuka dunia, Bloomberg, menyatakan kemungkinan resesi Indonesia sangat tipis tahun ini yang hanya sekitar 3%.

Bank Indonesia juga memproyeksikan pertumbuhan ekonomi nasional berada di kisaran 4,5%-5,3% pada 2023. Sementara itu, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) memproyeksikan kredit perbankan tahun ini tumbuh sekitar 10%–12%, yang didukung oleh pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) sekitar 7% – 9%.

Cek berita dan artikel yang lain di Google News

Yuk berbagi informasi tentang Sulawesi Selatan dengan join di group whatsapp : Citizen Journalism Sulsel

 Youtube Sulselsatu

 Komentar

 Terbaru

Sulsel08 Mei 2025 22:08
Lama Tak Terdengar Kabarnya, Ini Kesibukan Indira Yusuf Ismail Sekarang
SULSELSATU.com, GOWA – Sosok Indira Yusuf Ismail mungkin tak lagi menghiasi berbagai forum resmi pemerintahan sejak tak lagi menjabat sebagai Ke...
Video08 Mei 2025 21:26
VIDEO: Mobil Truk Terbalik di Tol Pettarani Makassar
SULSELSATU.com, Makassar — Sebuah insiden kecelakaan terjadi di tol Layang Pettarani siang ini, Rabu (08/05). Mobil berwarna putih tersebut kehilang...
Bisnis08 Mei 2025 19:20
Hadirkan Transportasi Terlengkap, Cahaya Bone Tambah Armada Baru
Menanggapi peningkatan kebutuhan transportasi, Cahaya Bone memperkuat layanannya dengan penambahan enam unit armada baru. ...
Video08 Mei 2025 18:30
VIDEO: Sindikat Joki UTBK Unhas Terbongkar, Mahasiswa Kedokteran Terancam Drop Out
SULSELSATU.com – Satreskrim Polrestabes Makassar berhasil mengungkap sindikat joki UTBK-SNBPT Universitas Hasanuddin (Unhas). Polisi menangkap enam ...