SULSELSATU.com MAKASSAR – Ribuan anak dari berbagai penjuru Sulawesi Selatan dan Sulawesi Barat mendapat layanan sunat gratis dalam kegiatan bakti sosial yang digelar Perhimpunan Ahli Bedah Indonesia (PABI) Sulselbar.
Kegiatan ini menjadi bentuk kepedulian tenaga medis terhadap masyarakat kurang mampu yang selama ini kesulitan mengakses layanan khitan karena alasan biaya.
Bakti sosial ini dipusatkan di Rumah Sakit Khusus Daerah (RSKD) Dadi Makassar dan berlangsung secara serentak di 30 kabupaten/kota pada Minggu, 22 Juni 2025. Antusiasme masyarakat terlihat tinggi, bahkan di luar jumlah yang telah terdaftar sebelumnya.
“Data peserta yang disunat, kemarin saat kita close pendaftaran ada 2.655 anak, tapi hari ini pagi-pagi ada yang masih datang. Kita belum akumulasi berapa totalnya,” kata Ketua PABI Sulselbar, Rizal Tjaddiaman.
PABI Sulselbar menyiapkan pelaksanaan khitanan massal ini di wilayah kerjanya yang mencakup 24 kabupaten/kota di Sulsel dan 6 kabupaten/kota di Sulbar.
Menurut Rizal, kegiatan ini sengaja dirancang sebagai solusi konkret bagi keluarga yang kesulitan secara ekonomi. Sebab, prosedur sunat masih menjadi layanan medis yang belum dijamin oleh BPJS Kesehatan, sehingga beban biaya ditanggung sendiri oleh masyarakat.
“Sasarannya ini untuk masyarakat yang kurang mampu, karena sunat itu tidak ditanggung oleh bpjs, makanya kita dari perhimpunan membuat sumbangsih seperti ini dan rencana diadakan rutin tiap tahun. Jadi itulah anak yang kurang mampu bisa kita cover di kegiatan ini, ini yang sebenarnya tujuannya,” jelas Rizal.
Menariknya, ini merupakan kali pertama PABI Sulselbar mengadakan program khitanan massal dalam skala besar. Sebagai organisasi profesi yang berada di bawah naungan IDI, PABI juga menggandeng sejumlah dokter dan tenaga medis lainnya untuk terlibat langsung di lapangan.
“Kan ini kita dibawah IDI, jadi kita memprakarsai dokter bedah untuk kita bentuk kegiatan seperti ini. Ada kegiatan teman sejawat juga yang lain sebagai dokter tapi itu memang sudah kebiasaan yang sering sama-sama dengan kita,” lanjutnya.
Panitia menetapkan batas usia peserta khitan, yakni minimal delapan tahun. Batas ini ditetapkan karena anak di bawah usia tersebut umumnya belum cukup kooperatif selama prosedur berlangsung. Namun dalam pelaksanaannya, ada pula remaja hingga usia 17 dan 18 tahun yang ikut serta.
“Ini untuk anak di atas 8 tahun, karena yang di bawah 8 tahun agak sulit untuk kooperatif, kadang tantrum dan sebagainya jadi kita batasi minimal 8 tahun. Tapi ada juga yang umur 17-18 tahun ikut, mungkin itu karena aksesnya untuk sunat tidak ada, salah satunya masalah biaya barangkali. Dengan kegiatan ini mudah-mudahan bisa tercover,” ujarnya.
Rizal menyampaikan bahwa metode khitan diserahkan kepada masing-masing daerah pelaksana, disesuaikan dengan fasilitas dan tenaga medis yang tersedia. Beberapa menggunakan metode laser, lainnya konvensional, tanpa ada pembakuan teknis dari panitia pusat.
“Tergantung dari daerah masing-masing, ada yang pake laser, konvensional, itu semua tergantung, kita tidak permasalahkan metodenya,” katanya.
Selain aspek keagamaan, Rizal menekankan bahwa khitan juga memiliki nilai penting dalam dunia medis. Sunat diyakini dapat membantu mencegah infeksi, bahkan potensi tumbuhnya tumor, jika dilakukan dengan tepat.
“Di dalam agama juga menganjurkan kalau sudah baligh, harus khitan, kalau d hubungkan dengan kesehatan bisa menghilangkan penyakit seperti organ vitan tidak gampang infeksi. Karena bisa juga jadi tumor kalau tidak disunat,” ungkapnya.
Rizal menambahkan bahwa usia ideal untuk melakukan khitan dimulai dari 10 tahun. Usia ini dinilai cukup matang dari sisi kesiapan fisik maupun psikologis anak.
Di luar khitanan massal, PABI Sulselbar juga aktif menyelenggarakan berbagai pelatihan dan workshop medis bagi para dokter spesialis bedah. Kegiatan tersebut menjadi bagian dari misi PABI dalam meningkatkan kapasitas profesional dan layanan kesehatan masyarakat.
“Kita adakan kegiatan workshop seperti laser untuk ambeyen atau dan kegiatan lain untuk peningkatan skill dan kompetensi ahli bedah,” tutupnya.
Cek berita dan artikel yang lain di Google News
Komentar