SULSELSATU.com, JAKARTA – Tiga staf Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dan dua anggota misi lain tewas pada sebuah serangan bom mobil di Kota Benghazi, Libya timur pada Sabtu (10/8/2019) waktu setempat.
Serangan itu terjadi ketika PBB menjadi perantara gencatan senjata di ibukota Tripoli. Diketahui, pasukan Tentara Nasional Libya (LNA) yang berbasis di timur melancarkan serangan mendadak pada April 2019, bagian dari kekacauan di Libya sejak penggulingan Muammar Gaddafi pada 2011.
Seorang juru bicara dalam sebuah pernyataan mengungkapkan Sekretaris Jendral PBB Antonio Guterres mengutuk serangan tersebut. PBB tidak memberikan keterangan lebih rinci, dan hanya mengatakan beberapa korban adalah anggota yang bekerja di Benghazi.
“PBB tidak bermaksud untuk melakukan evakuasi dari Libya,” ujar Asisten Sekretaris Jenderal PBB untuk Operasi Perdamaian Bintou Keita seperti dikutip CNNIndonesia dari Reuters.
Juru bicara LNA Ahmed Mismari mengatakan dua dari mereka yang tewas adalah penjaga dengan misi Libya AS (UNSMIL). Sebanyak 10 orang bahkan telah terluka, termasuk anak-anak.
Ledakan itu terjadi di depan pusat perbelanjaan dan bank. Setidaknya satu mobil PBB terbakar habis di tempat kejadian.
LNA belum memperluas wilayah hingga melampaui pinggiran selatan Tripoli, lokasi pemerintah yang diakui secara internasional.
Menurut pernyataan dari pasukannya di Benghazi, tak beberapa lama menjelang waktu ledakan, komandan LNA Khalifa Haftar mengumumkan penghentian operasi militer selama 48 jam selama liburan Idul Adha yang dimulai pada hari Sabtu waktu setempat.
Namun sehari sebelumnya, Pada Jumat (9/8), pemerintah di Tripoli mengatakan telah menerima proposal PBB untuk gencatan senjata selama liburan. Tidak jelas apakah pertempuran di ibukota akan benar-benar berhenti. Lebih dari 105.000 orang telah mengungsi selama bentrokan.
Pemerintah Tripoli mengungkapkan UNSMIL akan bertanggung jawab untuk memantau setiap pelanggaran. Tidak jelas bahwa UNSMIL memiliki kapasitas untuk memonitor gencatan senjata atau tidak. Pasalnya, mereka telah memindahkan sebagian besar stafnya untuk alasan keamanan.
Benghazi dan kawasan timur dikendalikan oleh LNA Haftar yang bersekutu dengan pemerintah paralel di timur yang menantang pemerintahan Tripoli.
Editor: Hendra Wijaya
Cek berita dan artikel yang lain di Google News
Komentar