Logo Sulselsatu

Gusdur Dobrak Nelangsa Umat Konghucu, Kisah Imlek Tak Lagi Senyap

Hendra
Hendra

Minggu, 22 Januari 2023 06:54

KH Abrurrahman Wahid-Gus Dur. (Foto: Int)
KH Abrurrahman Wahid-Gus Dur. (Foto: Int)

SULSELSATU.com, MAKASSAR – Ingar-bingar perayaan Imlek pada hari-hari ini tidak lepas dari sosok pemuka agama yang pernah memegang tampuk kepemimpinan tertinggi di Republik ini.

Adalah, KH Abdurrahman Wahid. Presiden RI ke-4 ‘yang digulingkan’ itu memang dikenal sebagai Bapak Toleransi.

Perayaan Imlek secara terbuka oleh KH Adburrahman Wahid alias Gus Dur tidak lepas dari pesan kesetaraan, toleransi, penghormatan terhadap kemajemukan dan inklusi.

Baca Juga : Asal-usul Perayaan Imlek, Petasan hingga Angpao yang Jadi Ciri Khas

Gus Dur telah mendobrak nelangsa umat Konghucu saat itu. Di masa pemerintahannya-lah Imlek digelar tak lagi senyap. Namun secara terbuka.

Dalam masa baktinya yang singkat, Gus Dur juga turut berjasa dalam menempatkan Konghucu sebagai salah satu agama resmi negara selain Islam, Katolik, Kristen, Hindu, dan Budha.

Diskriminasi kepada etnis Tionghoa ini telah berlangsung selama era Orde Baru.

Baca Juga : Open House Imlek di Makassar Bakal Kembali Digelar, Momen Mempererat Persaudaraan Lintas Etnis dan Agama

Gus Dur mencabut Instruksi Presiden (Inpres) Nomor 14 tahun 1967, yang menginstruksikan etnis Tionghoa merayakan festival keagamaan atau adat istiadat secara tertutup di lingkungan keluarga.

Gus Dur kemudian menerbitkan Keputusan Presiden (Keppres) Nomor 6 Tahun 2000 tentang Pencabutan Instruksi Presiden Nomor 14 Tahun 1967 tentang Agama, Kepercayaan, dan Adat Istiadat Cina, seperti dikutip dari kanal NU Online.

Sejarah Perayaan Imlek Secara Terbuka

Alkisah, seminggu setelah Gus Dur menjadi presiden Republik Indonesia, Ketua Umum Dewan Rohaniawan Matakin Xs Budi Santoso Tanuwibowo menceritakan bahwa ia bersama satu orang temannya Bingki mendatangi Gus Dur untuk meminta pengadaan acara Imlek Nasional.

“Sebelumnya tidak kepikiran apa-apa, kami main ke Ciganjur ndengerin musik, ketika lewat di jembatan Istiqlal jembatan rel kereta, tiba-tiba saya berkata pada Bingki tercetus ‘eh ayo kita minta Imlek’, seperti ada wangsit untuk menemui Gus Dur,” ungkapnya dalam podcast yang ditayangkan oleh Kanal Youtube NU Online pada Selasa (18/10/22).

Saat Xs Budi dan Bingki menemui Gus Dur, ia mengungkapkan tujuan datang ke istana, yaitu meminta Gus Dur mengadakan acara Imlek Nasional pertama kalinya.

“Ketika saya bertemu Gus Dur saya meminta ‘Gus memupung Sampean jadi presiden boleh dong sekali-kali adain Imlek nasional,” tandasnya.

Xs Budi menjelaskan kepada Gus Dur bahwa Imlek yang dimaksud adalah acara yang menghadirkan komunitas Tionghoa dan Khonghucu di seluruh Indonesia, dengan kehadiran presiden.

Tidak sekadar menjawab setuju, Gus Dur malah menjawab agar membuatnya dua kali.

“Bikin dua kali Imlek di Jakarta, kamu ketuanya, dan Cap Gomeh di Surabaya Pak Bingki ketuanya,” kata Budi meniru ucapan Gus Dur.

“Saya dan Pak Bingki bingung, karena nggak ada dana untuk mengadakan dua acara besar sekaligus,” lanjutnya.

Karena alasan dana, Xs Budi menjelaskan kepada Gus Dur bahwa setiap agama hanya memiliki satu perayaan.

Menurutnya, jika agama Islam wajar karena umatnya banyak jumlahnya sehingga perayaannya lebih dari satu.

Ia mengatakan kepada Gus Dur karena umat Konghuchu sedikit jadi ia hanya meminta satu perayaan saja.

“Saya mengatakan kepada Gus Dur, Umat Hindu perayaannya satu Nyepi, Umat Budha satu juga yaitu Waisak, Umat Kristen dan Katolik dijadikan satu di Natal. Nah kalau Islam karena banyak jumlahnya jadi perayaanya lebih dari satu tidak papa, jadi saya meminta kepada Gus Dur cukup satu perayaan saja,” ungkapnya.

Di pagi hari, Xs Budi mendapati telepon dari Sekretaris Presiden Ratih Harjono, bahwa dua perayaan yaitu Imlek dan Cap Gomeh disetujui oleh Gus Dur untuk diadakan.

“Maka tanggal 17 Februari tahun 2000 Imlek di Sudirman terjadi pertama kali, dan satu minggu kemudian Cap Gomeh di Surabaya,” ungkapnya.

Dari cerita tersebut, Xs Budi mengatakan, bahwa Gus Dur sosok yang membela tanpa di belakang. Menurutnya, keunggulan Gus Dur adalah pasang badan di depan.

“Kalau orang lain membela hanya berupa wacana support, simpati, doa, kalau Gus Dur totalitas, bukan hanya membela umat Khonghucu, yang lain juga,” tandasnya.

(*)

Cek berita dan artikel yang lain di Google News

Yuk berbagi informasi tentang Sulawesi Selatan dengan join di group whatsapp : Citizen Journalism Sulsel

 Youtube Sulselsatu

 Komentar

 Terbaru

Pendidikan04 November 2024 09:11
Kalla Institute Ajak Siswa SMAN 17 Makassar Kenali Potensi Minat dan Bakat
Kalla Institute kembali mengadakan tes minat dan bakat untuk siswa tingkat Sekolah Menengah Atas (SMA). Kali ini Kalla Institute menyasar SMAN 17 Maka...
Berita Utama04 November 2024 02:05
Debat Publik Pertama: Syamsudin Karlos dan Syafruddin Nurdin Tampil Memukau
SULSELSATU.com, MAKASSAR – Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kabupaten Jeneponto menggelar debat publik perdana untuk Pemilihan Bupati dan Wakil Bupat...
Politik03 November 2024 22:03
Syarif-Qalby Tampil Memukau di Debat Perdana Pilkada Jeneponto
SULSELSATU.com, MAKASSAR – Debat calon bupati dan wakil bupati Jeneponto sudah dimulai. Keempat pasangan calon memaparkan visi dan misinya pada ...
Berita Utama03 November 2024 21:10
KPU Gelar Debat Kandidat Pertama Cabup dan Cawabup Jeneponto di Makassar
SULSEL SATU.com, JENEPONTO – Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kabupaten Jeneponto menggelar debat kandidat perdana Pemilihan Bupati dan Wakil Bupati ...