Logo Sulselsatu

BRI Optimistis Kredit Perbankan Tumbuh Lebih Tinggi di Tahun 2022

Asrul
Asrul

Minggu, 26 Desember 2021 13:37

Kantor BRI pusat. Ist
Kantor BRI pusat. Ist

SULSELSATU.com, MAKASSARPemulihan ekonomi nasional diprediksi bakal tereskalasi berkat perbaikan permintaan domestik serta strategi Program Pemulihan Ekonomi (PEN) pemerintah pada 2022. Kondisi perekonomian diprediksi berangsur membaik, sebagaimana tampak dari daya beli masyarakat yang terdongkrak naik.

Hal tersebut disampaikan oleh Chief Economist BRI yang juga sebagai Research Director BRI Research Institute Anton Hendranata dalam Economic Outlook BRI 2022 bertajuk “Melanjutkan Pemulihan Ekonomi dengan Kewaspadaan” menyebut Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia berpotensi untuk tumbuh di kisaran 4,8%-5,3% year on year (yoy) pada 2022. Hal ini sejalan dengan adaptasi masyarakat terhadap kondisi pandemi yang membuat mobilitas tidak terlalu terguncang.

“Kami meyakini ekonomi domestik bakal semakin pulih dan kuat, bila kondisi COVID-19 bisa tetap terjaga. Pemulihan ekonomi Indonesia sangat ditopang oleh kondisi permintaan yang meningkat, dari daya beli sampai belanja pemerintah serta adaptasi masyarakat terhadap kondisi pandemi,” ungkap Anton (21/12).

Baca Juga : KUR BRI Bawa Bisnis Kue Gusti dari Rumah hingga Masuk Retail Terkenal

Komposisi konsumsi dalam pengeluaran rumah tangga mengalami peningkatan 570 basis poin (bps) dari 69,4% pada Oktober 2020 menjadi 75,1% pada Oktober 2021. Meningkatnya minat masyarakat untuk melakukan konsumsi didukung oleh tingkat vaksinasi COVID-19 yang tinggi serta restriksi mobilitas yang melonggar.

Meningkatnya permintaan, kata Anton, juga dipantik oleh strategi countercyclical melalui program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) yang akan berlanjut pada tahun depan.
Outlook BRI memproyeksikan inflasi pada 2022 akan berada di level 2,8%-3,3% yoy. Dengan perbaikan ekonomi tersebut, BRI memprediksi tingkat pengangguran akan menyusut menjadi 6,3%-7,7%.

Di sisi lain, sejumlah tantangan juga mesti diantisipasi dalam proses pemulihan ekonomi di tahun depan. Adanya tapering off dan potensi kenaikan suku bunga acuan Bank Sentral Amerika Serikat (AS) The Federal Reserve (The Fed).

Baca Juga : Intip Cerita Desa Ibru Muaro Jambi, Pemenang Desa BRILian Paling Inovatif dan Digitalisasi Terbaik

Seperti diketahui, Bank Sentral AS itu telah memulai proses pengurangan stimulus atau tapering off sejak November 2021. Namun, inflasi di AS yang melesat ke level 6,2% yoy disebut Anton berpotensi mengubah arah kebijakan moneter AS.

“Inflasi ini memacu AS untuk mempercepat normalisasi moneter yang disertai peningkatan nilai tapering off dan bisa segera mengerek suku bunga acuan untuk menghindari overheating. Ini akan membawa dampak bagi Indonesia sebagai emerging market,” ucap Anton.

Anton menyebut Bank Indonesia (BI) sebagai pemegang otoritas moneter tertinggi di dalam negeri kemungkinan ikut mengerek suku bunga acuan pada 2022. Prediksi BRI, suku bunga BI-7 Days Reverse Repo Rate (BI-7DRR) akan dikerek BI dari posisi saat ini yang sebesar 3,50% menjadi 4,25%-4,50%.

Baca Juga : BRI Group Bagi 2.768 Paket kepada Masyarakat dan Anak Yatim di Makassar

Pelaku industri perbankan, kata Anton, diharapkan memperhatikan kondisi likuiditas yang tidak akan selonggar tahun ini. Pasalnya, likuiditas bisa tedampak akibat ada perlambatan penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK).

“Tren 25 tahun terakhir menunjukan Ketika ada ekonomi sedang menurun atau konsolidasi DPK akan berada di atas kredit. Sebaliknya Ketika dalam masa pemulihan atau ekspansi seperti tahun depan, Kredit kemungkinan melampaui DPK, kondisi likuiditas perlu menjadi perhatian perbankan,” kata Anton.

BRI telah mengantisipasi kondisi likuiditas untuk menjaga pertumbuhan penyaluran permodalan bagi UMKM, tulang punggung utama perekonomian Indonesia. Ruang bagi BRI untuk memompa kredit juga dapat dilihat dari Loan to Deposit Ratio (LDR) yang masih berada di level 83% atau berada di bawah ketentuan regulator yang sebesar 92%.
Penyaluran kredit BRI hingga kuartal III-2021 masih didominasi oleh segmen UMKM dengan komposisi 82,67% terhadap total portofolio kredit.

Baca Juga : Klaster Usaha Rumput Laut Kampung Pogo, UMKM Binaan BRI yang Dorong Perekonomian Nelayan Pesisir Sulawesi Selatan

Dari sisi permodalan, BRI memiliki rasio kecukupan modal (Capital Adequacy Ratio/CAR) yang sangat baik untuk terus tumbuh secara berkelanjutan. CAR BRI berada di angka 24,54% atau tiga kali lipat dari threshold BI. BRI sendiri memproyeksikan pertumbuhan kredit perseroan pada tahun depan (2022) akan lebih baik dikisaran 8%-10% yoy.

“Ketika ekonomi mengalami pemulihan, industri perbankan akan mengikuti dengan pemulihan. Ini akan tampak dari growth kredit yang lebih tinggi dibanding tahun 2021 dan DPK yang tumbuh lebih terbatas,” tutup Anton.

Cek berita dan artikel yang lain di Google News

Yuk berbagi informasi tentang Sulawesi Selatan dengan join di group whatsapp : Citizen Journalism Sulsel

 Youtube Sulselsatu

 Komentar

 Terbaru

Bisnis28 Maret 2024 17:39
Pengiriman Barang Lebih Cepat dan Mudah Melalui Layanan Same Day Delivery Cahaya Bone
Cahaya Bone sebagai salah satu lini bisnis Kalla Transport & Logistcs (Translog) senantiasa memberikan layanan terbaik kepada masyarakat....
Ramadan28 Maret 2024 16:22
Pegadaian Hadirkan Panggung Emas di Puncak Festival Ramadhan
PT Pegadaian memperingati hari ulang tahun PT Pegadaian yang ke-123 dan memeriahkan bulan Ramadhan 1445 H menghadirkan kegiatan Festival Ramadhan....
Bisnis28 Maret 2024 16:01
Kalla Beton Kembangkan Produk Precast, Produksi Lebih Cepat dan Bentuk Cetakan Lebih Custom
Kalla Beton terus berinovasi untuk memenuhi kebutuhan konstruksi dari mitra atau pelanggan. Salah satu produk yang tengah dikembangkan saat ini adalah...
Aneka28 Maret 2024 13:55
Pertama di Indonesia, Pj Gubernur Sulsel Inisiasi Gerakan Sedekah Pohon
SULSELSATU.com, BONE – Penjabat Gubernur Sulsel, Bahtiar Baharuddin, kembali mencetak sejarah dengan melakukan gerakan sedekah pohon untuk masya...